biarkan saya berkoar-koar disini. saya tidak marah. saya hanya ingin mengetuk hati. bukan protes hanya racauan.
terdengar atau tidak ketukannya, biarkan menjadi urusan saya dan orang yang saya tuju.
diterima atau tidak racauan saya, itu hak dari setiap pribadi yang sedang ingin saya ketuk.
ketuk bukan berarti saya ingin sok-sok puitis. sebenarnya kalau hati bisa saya jitak, mungkin kata jitak akan terasa lebih pas.
tidak kasar tapi cukup berbekas. sayangnya kata jitak cuma bisa dipadankan dengan kepala.
kalau saya menjitak kepala pihak-pihak tersebut, bisa-bisa saya dianggap tidak sopan. jadi saya hanya ingin menjitak maaf mengetuk hati pihak-pihak tersebut.
ketukan tidak berbekas secara kasat mata. tapi pasti ada hal yang diingat.
apabila ada di antara anda yang merasa tapi pada faktanya anda bukanlah pihak yang saya maksud, saya tidak mau ambil pusing. biarkan rasa sensitif pada diri anda yang menguasai anda. salahkan ia saja.
sekarang saya mau mulai. jangan ada yang protes karena saya juga tidak protes
hari-hari yang seharusnya menjadi hari-hari indah bisa bertolakbelakang menjadi yang tidak seharusnya. kacau tapi masih bisa dikendalikan. penguasaan diri berhasil memainkan perannya dengan baik. dia sempurna dan tidak membiarkan saya jatuh.
di malam itu saya terlihat seperti dibodoh-bodohi. tau apa kamu tentang saya? saya tidak keberatan untuk diatur. tapi ketika orang-orang terdekat saya tidak ambil pusing, kenapa anda malah ambil pusing? anda berpikir kalau saya ini orang yang tidak bisa diatur sehingga dengan sigap anda memiliki keinginan untuk mengatur saya, bukan begitu? aah anda begitu perhatian pada saya. saya hargai usaha repot-repot dari anda.
di depan satu kelompok yang tidak kecil pun tidak besar yang saya rasa isinya orang-orang yang lebih intelek dari saya, terasa seperti sedang disidang. merasa bodoh? tidak.
mungkin kalau pada saat itu digulirkan sebuah polling siapa yang terbebal ditengah-tengah kumpulan itu, saya bisa jadi juaranya.
saya tau da sepenuhnya sadar kalau urusan akademik, saya memang tidak bisa dibandingkan dengan anda.
anda pintar. pintar sekali saya akui.
papa anda bangga sekali dengan anda. bapaknya papa anda juga luar biasa bangga dengan anda. jangankan kedua orang tersebut. orang tua saya pun bangga dengan anda.
anda menuntut ilmu di tengah-tengah orang terpilih.
di tempat dimana untuk masuk dan belajar disana saja susahnya setengah mati karena harus bersaing dengan manusia-manusia yang menginginkan 1 buah kursi untuk dirinya di sana.
pengetahuan anda luas. cakrawala wawasan anda juga membentang. tapi tolong jangan samakan saya dengan anda.
pengetahuan yang anda miliki belum tentu ada dalam cakrawala pemikiran saya.
prinsip kita tidak bisa disamakan.
jangan bilang saya tidak peduli dengan kehidupan akademis saya. saya peduli bung!
tapi hidup saya tidak berkutat di bidang akademis saja. saya memiliki ketertarikan di bidang lain.
ketika standar belum bisa saya raih, tidak berarti saya menyerah. saya tetap berjuang. tapi apa perlu saya sebarkan cerita kalau saya sedang berjuang? sepertinya tidak
saya tidak peduli dengan IP. saya terima IP saya apa adanya. berbeda sekali dengan anda yang IPnya tinggi.
tapi sebaiknya anda mengetahui kenapa saya bersikap seperti itu. saya ingin membayar hutang dan menebus kesalahan saya. anda tidak perlu mengetahui kelanjutannya karena saya tidak ingin anda repot-repot lagi memikirkan saya.
saya menghormati anda dan saya mendengarkan anda. saya harus survive kan? saya harus lebih bisa bersaing kan? saya tau. terimakasih sudah mengingatkan saya.
sepertinya saya akan menjadi pribadi yang tidak akan ambil terlalu banyak pusing untuk IP. ketidakpedulian saya bukan berarti saya luntang-lantung saja menjalankan kuliah. bukan berarti saya tetap tegar ketika saya memasuki perkumpulan nasakom. saya berusaha. saya selalu berusaha memberi yang terbaik.
mungkin percuma juga saya berkoar-koar seperti ini. toh bukan anda yang merasakan perjuangan saya tapi saya.
ketukan saya ini belum selesai.
masih akan berlanjut karena ini baru pembukanya saja
No comments:
Post a Comment